Senin, 06 Oktober 2014

WHY BANNED FOR ISIS / MUJAHIDIN (RELAWAN PERANG UNTUK ISLAM) BUT MAHAL (RELAWAN PERANG UNTUK YAHUDI/ISRAEL) WHY NOT BANNED




Jaringan MAHAL (RELAWAN PERANG UNTUK YAHUDI/ISRAEL) mendunia, meski belum ada serdadu Israel berkulit kuning dan sawo matang.

Sejauh ini dunia baru tahu ada warga negara AS yang bertempur untuk Israel. Informasi ini pun diketahui setelah Max Steinberg dan Sean Carmeli, tewas dalam pertempuran sengit di Shujayea.

Bersama tentara Israel, keduanya membantai 70 warga sipil Palestina, dan tewas tanpa sempat membunuh satu pun serdadu Hamas dari Brigade Al Qassam. Pada 20 Juli, Kementerian Luar Negeri AS mengumumkan kematiannya.

Mei 2014, sebulan sebelum pemboman Jalur Gaza, komunitas Yahudi di Paris — ibu kota Prancis — kedatangan wakil militer Israel. Tidak ada kabar berapa Yahudi Prancis yang berhasil direkrut. Yang pasti, wakil Israel itu memberikan ceramah tentang perekrutan mahal.

Seorang warga negara Ukraina yang bertugas enam tahun di Israel tak acuh dengan pemberitaan televisi Kiev, tentang pembantaian anak-anak Palestina. Menurutnya, hukum Israel tidak melarang pembunuhan anak Palestina.

Kini, ada sekitar 5.000 Yahudi non-Israel yang bertempur melawan Palestina. Mereka bukan mahal, tapi Lone Soldier. Dalam bahasa Ibrani mereka disebut Hayal Boded, atau mereka yang tidak memiliki orang tua atau yatim piatu.

Berebeda dengan mahal, Lone Soldier memiliki hak-hak khusus; bantuan keuangan, perumahan, dan waktu mengunjungi keluarga mereka di luar negeri.

Mei 2014, kelompok ini mendirikan Lone Soldier Center di Tel Aviv. Jika tidak terjadi perang, anggota Lone Soldier bersantai bersama-sama, seraya membicarakan pengalaman pertempuran.

Lone Soldier Center berdiri berkat dana dari Israel Actie, sebuah LSM Belanda yang berafiliasi ke Amsterdam Sar-El.

Sar-El adalah kelompok relawan sipil yang melakukan pekerjaan non-tempur untuk militer Israel. Yahudi dan non-Yahudi, serta non-Israel — yang berusia 16 tahun ke atas — bisa mewakafkan waktu, uang, dan tenaga mereka untuk Israel.

Hanine Hassan mencatat setiap tahun ratusan relawan dari 30 negara bergabung. Ini membuktikan proyek zionisme tidak berhenti setelah Israel berdiri, tapi terus berjalan untuk kelangsungan negara Yahudi.

Ada dua macam perekrutan; langsung dan tidak langsung. Yang pertama berlaku pada orang-orang Yahudi dan non-Yahudi usia 16 tahun ke atas. Kedua, adalah perekrutan anak-anak usia 13.

Perekrutan tidak langsung bertujuan mempersiapkan anak-anak Yahudi dan non-Yahudi sedini mungkin. Perekrutan diawali dengan program bermain. Perlahan-lahan, anak-anak itu diindoktrinasi tentang zionis, dan kebencian terhadap Palestina, kemudian diperkenalkan dengan senjata dan militer Israel.

Setelah mendapat indoktrinasi, anak-anak itu dikembalikan ke orang tua mereka. Anak-anak itu adalah masa depan Israel, karena di kepala mereka telah tertanam zionisme. Merekalah pembantai warga Palestina di masa depan.

Badan Intelejen negara-negara Eropa menutup mata terhadap semua ini. Mereka tidak peduli warganya membantai anak-anak Palestina, dan melanggar hukum internasional.

Akhirnya menjadi jelas betapa masa depan Israel sangat tergantung pada kemampuan merekrut sumber daya Yahudi dan non-Yahudi dari seluruh dunia, serta sikap sekutunya di Eropa dan Amerika.

Sedangkan yang dilakukan Hamas, dengan semua faksi bersenjatanya, bukan sekadar melawan Israel tapi AS dan seluruh negara Eropa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar